Kamis, 16 April 2009

Tugas PENDETA itu SULIT...! tapi sungguh MULIA

Menjadi Pendeta kok sulit...???
Mungkin itu sepintas bayangan dari orang-orang atau bisa saja ada yang bilang menjadi Pendeta itu enak, terhormat, dll. Kali ini saya akan berbagi bagi kawan-kawan...menjadi Pendeta itu sangat berat. Kok berat sih? iya berat sekali...

Ada banyak tugas (red. tanggungjawab) seorang Pendeta yang dirumuskan dalam 7 point di Agenda HKBP. Saya tidak akan memaparkan semuanya disini tapi secara garis besar Pendeta harus menjadi Gembala yang baik bagi jemaat, panutan, menolong anak-anak,, remaja , dewasa, lansia, menolong orang miskin, motivator, counselor, pengkhotbah, dll. Bagi saya pribadi saya tidak mampu melakukan semua ini dengan kemampuan atau kekuatan sendiri. Saya sadar manusia yang lemah, tidak layak, tidak kuat, tidak bisa menjadi teladanlah...

Penahbisan kami dilangsungkan pada tanggal 8 Maret 2009 yang lalu di HKBP Serang Res Cilegon, jujur sampai tanggal 7 Maret malam saya masih bergumul: apakah saya layak menjadi Pendeta? dengan tanggung jawab yang begitu besar. apakah saya mampu? Itu menjadi pergumulan yang hebat bagi saya.... Dari akhir pergumulan yang hebat tersebut saya hanya mampu berdoa : Tuhan...aku orang berdosa dan tidak layak menjadi Pendeta..karena itu aku mohon ampun untuk dosa-dosaku. Biarlah kemurahanMu yang Engkau berikan kepadaku. Tuhan jangan Engkau ingat-ingat akan dosa-dosaku biarlah anugerahMu yang tetap melimpah dalam hidupku. layakkan aku Tuhan menjadi hambaMu, layakkan aku Tuhan menjadi gembala di jemaatMu, layakkan aku Tuhan menjadi seorang Pendeta. Kuatkan aku ditengah pergumulanku dan Engkaulah yang senantiasa menguatkanku... terimakasih Tuhan, berkati dan sucikanlah aku oleh darah putraMu Tuhan Yesus Kristus. Karena itu inilah aku.. utuslah aku.... Amin.. Kira-kira demikianlah saya berusaha mengadapi pergumulan yang hebat. Karena itu saya sadar tidak layak tetapi dilayakkan, tidak kuat tetapi dikuatkan, tidak berhikmat tetapi diberiNya hikmat...

Memang tugas Pendeta sangat berat namun sunggguh mulia karena semuanya diberi olah Allah sendiri...Menjadi Raja, Nabi, Imam adalah jabatan Kristus yang diembankan kepada seorang Pendeta. Ini sungguh berat..tapi saya bersyukur Tuhan mau memanggil dan memilih saya menjadi hambaNya bukan karena kuatku, kelayakanku atau hikmatku tapi oleh karena anugerahNya yang besar... terimaksih Tuhan. Amin.

TUHANKU…! AlamMu Murka

Masih ingat gak akan kisah penciptaan?
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik (Kej 1). Tentunya kata-kata itu sangat jelas dibenak kita. Itulah memang awal penciptaan dunia ini. Saya ingin menggarisbawahi segala yang dijadikan-Nya amat baik. Tuhan Maha baik, Dia menjadikannya sungguh baik. Sejalan dengan itu, manusia diutus Allah untuk mengelola, merawat dan mengaturnya ciptaan-Nya (Kej. 1:28, Kej. 2:15).

Dengan demikian tugas manusia adalah mengelola, merawat dan mengatur. Itulah tugas manusia tak lebih dan tak kurang. Selanjutnya Allah mengadakan perjanjian dengan manusia tentang ciptaan-Nya (Kejadian 9:9-17).

Kemudian pertanyaan muncul: kenapa alam tidak dirawat? Kenapa tidak teratur? Kenapa tidak dikelola dengan baik? Padahal tugas dari Allah kan sudah jelas? Mau tau kenapa bisa demikian?
Berikutnya manusia jatuh ke dalam dosa yang mengakibatkan rusaknya hubungan: manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan ciptaan lainnya. Dosa menjadi sumber mala petaka yang mengakibatkan kerusakan kosmos. Alam yang begitu melimpah akhirnya tidak bisa lagi dinikmati sebagai bagian dari berkat yang melimpah. Tugas yang diberi Allah akhirnya terlupakan oleh karena keserakahan, kesewenang-wenangan. Lihat.. hutan yang dulunya sebagai lambang kesejukan kini menjadi gundul, lahan yang dulunya tempat bercocok tanam kini menjadi tempat hunian dan gedung-gedung yang menjulang dengan kesombongannya, tanah yang dulunya subur kini menjadi gersang, dll. Ah Tuhan kenapa keserakahan merajalela? Kenapa eksploitasi seolah-olah tak terbendung?

Alam sudah murka: banjir terjadi di berbagai daerah yang mengakibatkan korban jiwa dan harta benda. Lihat peristiwa situ gintung, daerah wisata yang dulunya indah dan menjadi tempat untuk menenangkan diri ternyata menjadi sumber mala petaka besar. Nyawa orang melayang dan korban harta benda menjadikan mereka menangis dan menjerit. Keluarga harus tercerai berai, rumah harus rata karena terbawa arus, hanya tangisan dan jeritan yang terdengar. Tak ada lagi tawa yang riang, tak ada lagi canda gurau. Oh Tuhan… betapa menderitanya mereka.

Daerah mana lagi yang menjadi sasaran kemurkaan alam? Berapa banyak lagi korban yang harus melayang? Berapa banyak lagi harta benda yang akan terbuang? Berapa banyak lagi tangisan dan jeritan? Berapa banyak lagi orang yang doyan menggunduli hutan? Berapa banyak lagi orang yang harus tergusur dari gubuknya? Sampai kapankah keserakahan ini menjadi pujaan?

Oh Tuhan…bukankah alam ini milikMu? Bukankah segalanya Kau ciptakan sungguh baik? Bukankah kami Kau utus untuk menjaga dan merawatnya? Kenapa alamMu murka???

Makna angka 27

Tak terasa umurku sudah 27 tahun. Sudahkan aku dewasa? Dukacita, sukacita silih berganti dan aku tahu bahwa itu akan mendewasakanku. terkadang aku tak mengerti apa maksudMu? apa rencanaMu? tapi aku tahu Engkau selalu sabar dan setia menemaniKu. Jika aku bisa berumur 27 tahun sekarang ini, itu berarti aku sudah cukup lama Engkau temani, sudah cukup banyak rahmatMu, sudah cukup sabar Engkau, sudah cukup banyak kesedihanMu. tapi kenapa ya Engkau begitu sabar, apa sih mauMu? ah....terlalu susah untuk kuselami.
Aku hanya mampu katakan: "Terimakasih Tuhan, Engkau sungguh baik, sabar dan kasih". Yakinkan aku bahwa Engkau selalu ada disampingku dan akan selalu menemaniku..........
Angka 27 menjadi angka yang indah untukku selama 1 tahun ini, aku bersyukur untuk angka yang Engkau berikan, biarlah angka-angka akan makin bertambah seiring dengan kasihMu.

Selasa, 14 April 2009

Ah..ada-ada aja..

Pencontrengan di bilik suara sudah selesai dan penghitungan pun sudah dilaksanakan wka alaupun masih dalam proses. Banyak protes disana-sini, banyak tuduhan yang terdengar. Semua mata tertuju pada kinerja KPU, ada yang merasa puas ada juga yang merasa dirugikan. Yang merasa puas tentunya dia senang adan tinggal menunggu waktu untuk meraup apa yang diinginkannya. Yang merasa dirugikan sibuk protes dan menuduh ada penggelembunganlah, ada kecuranganlah.
Yang mau saya soroti adalah efek dari pemilu itu sendiri, lihat saja disana-sini banyak pertengkaran/perang karena pilihan yang berbeda. Lihat harus ada korban yang menahan sakit karena tertusuk oleh pisau pemilu, paling ironisnya harus merenggut korban jiwa karena tidak mampu menerima kekalahan. bukankah pemilu itu pesta demokrasi, bukankah pemilu menuju kebaikan bersama, bukan kah pemilu sebagai bagian dari pendewasaan bersama? Kok harus seperti ini? bukankah pemilu cerminan dari demokrasi yang bagus? ah..ada ada aja..